Mungkin banyak yang mengira ini tak lebih dari
perasaanku atau hanya aku lebih-lebihkan saja. Ya bisa ada benarnya bisa juga
tidak. Cerita-cerita berikut ini berdasarkan pengalaman pribadiku dan orang
sekitarku. Tida akan aku ceritakan semua, hanya beberapa saja yang terjadi
baru-baru ini.
Story 1.
Ini tidak seram namun.. ya...
Saat itu aku telah mengikuti Placement Test di sebuah universitas swasta di dekat tempat tinggalku.
Aku memang sengaja selesai lebih lambat karena aku benar-benar ingin maksimal
meraih hasil tes yang diharapkan. Ya meski tetap saja aku salah memasukkan data
haha. Aku keluar ruang tes kemudian menuju kamar mandi untuk sekadar berkaca.
Di sana aku bersama dua orang lain. Tak lama mereka keluar namun aku masih
tetap tinggal untuk mencari hape yang
berada di dasar tasku. Setelah ku temukan aku keluar dan bergerak menuju lift hendak turun ke lantai dasar, saat itu aku di lantai lima.
Tiga orang kakak tingkat juga terlihat meuju lift. Melihat aku sendirian, seorang kakak tingkat memanggilku untuk
bareng dengan mereka. Masih malu, aku menolak kemudian menggunakan lift sebelahnya. Lift bergerak turun 4..3..ding..
pintu terbuka. Aku yang sedang bermain hape
menunggu orang masuk, sudah ku tunggu tapi aku tidak merasa ada orang. Aku
tengok, memang aku masih sendiri. Aku melihat ke luar kondisinya gelap, agak
berantakan, dan tidak ada orang sama sekali. Segera aku tutup pintu lift. Sebentar
saja aku telah sampai ke lantai dasar. Yang jadi pertanyaanku.. Kok berhenti di
lantai kosong, siapa yang pencet tombol?
Story 2. Ini
dialami aku, ibu, dan adik sepupu aku yang berumur 4 tahun di bis malam saat
menuju Jogja.
Adikku ini emang dari dulu bisa melihat hal "kaya
gituan" bahkan tebakan dia tentang sesuatu acap kali terjadi. Sepertinya
dia menuruni nenekku yang memiliki bakat serupa.
Saat itu kami hendak menuju Jogja, adik sepupuku
minta ikut. Kami naik bis inisial SJ. Saat masuk bis, adikku yang ceria
tiba-tiba jadi diam dan melihat sekeliling bus. Kami berpikir adikku sedang
memperhatikan sesuatu yang baru baginya karena dia memang belum pernah naik bis
sebelumnya. Adikku masih tidak seceria sebelumnya. Kami duduk bertiga di kursi
tiga baris dari belakang. Tidak ada orang lagi di belakang kami kecuali pak
sopir yang sedang tidur di balik kursi panjang paling belakang. Begitu pula kursi
di depan dan samping kami, kursi kosong. Dimaksudkan agar ketika kami sedikit
ribut tida terlalu mengganggu orang di sekitar kami. Tiba saat malam, kami tahu
kenapa adikku beritngkah agak aneh. Aku saat itu sedang melihat ke luar kaca
sambil memikirkan sesuatu (bukan tentang cinta ala remaja saat ini ya) adikku
yang duduk bersamaku dan ibu langsung menangis dengan keras “Aaa itu apaaa
*menunjuk senderan kursi di depanku persis*.. Bude gendong.. Bude gendong..”
“Iya ini udah digendong”
“Gendongnya berdiri de.. berdiri..
gendongnya berdiri”
“Kenapa
Bu kok nangis?” Bapak sopir yang tidur pun terbangun.“Katanya lihat sesuatu,
Pak di situ” Ibuku menjawab.
“Oh iya, Bu. Di sini memang berpenghuni, belum lama juga habis nabrak
mobil. Saya tadi pas jalan ke belakang juga diganggu. Pandangan saya digelapin
dan digoyang-goyang saya nggak bisa lihat apa-apa jadi harus pegangan.” Kata Pak
Sopir intinya seperti itu. “Seperti apa dek yang kamu lihat? Wanita, ya?”
Adikku mengangguk.
Dia masih menangis, setelah agak tenang ibu dan adik duduk di kursi
belakangku. Aku tidak beranjak sedikit pun. Aku amati benar-benar senderan
kursi itu, mungkin corak kursinya yang aneh atau ada sesuatu di kursi itu.
Tetapi aku tida menemukan sedikit keanehan pun. Aku mulai berdoa, pasti ada
yang tidak beres, tidak mungkin adikku berbohong setelah dia menangis heboh
seperti itu. Lalu aku melanjutkan kegiatanku melihat ke luar, kali ini ditemani
lagu yang aku putar dari hapeku. Ya..
aku memang tidak takut sama sekali saat itu. Aku percaya aku tidak akan
disakiti atau diganggu makhluk lain karena aku selalu yakin bahwa aku lebih
kuat dari mereka, toh aku juga tidak mengganggu.
“Mbak.. mbak di sini aja.” Sekitar 10 menit kemudian adikku meminta aku
pindah untuk duduk dengannya. Aku pun menuruti. Teman.. memang berbeda. Saat
aku pindah berasa langsung los, di kursi sebelumnya kaya ada sedikit pressure gitu. Alhamdulillah kami sampai
di tujuan dengan selamat.
Beberapa hari kemudian kami bertanya kepada adik tentang sosok yang dia
lihat. Dia memang tidak mau langsung bercerita kalau sosok itu menyeramkan,
butuh waktu sampai dia melupakan ketakutannya. Kalau tidak begitu seram, dia
tidak menangis dan langsung bercerita.
-Katanya, dia seorang wanita matanya merah mukanya hitam berwajah jelek
berdiri persis di depanku-
0 comments:
Post a Comment