Friday, January 6, 2017

Cerita Mistis (REAL) Part I

                Mungkin banyak yang mengira ini tak lebih dari perasaanku atau hanya aku lebih-lebihkan saja. Ya bisa ada benarnya bisa juga tidak. Cerita-cerita berikut ini berdasarkan pengalaman pribadiku dan orang sekitarku. Tida akan aku ceritakan semua, hanya beberapa saja yang terjadi baru-baru ini.

                Story 1. Ini tidak seram namun.. ya...
                Saat itu aku telah mengikuti Placement Test di sebuah universitas swasta di dekat tempat tinggalku. Aku memang sengaja selesai lebih lambat karena aku benar-benar ingin maksimal meraih hasil tes yang diharapkan. Ya meski tetap saja aku salah memasukkan data haha. Aku keluar ruang tes kemudian menuju kamar mandi untuk sekadar berkaca. Di sana aku bersama dua orang lain. Tak lama mereka keluar namun aku masih tetap tinggal untuk mencari hape yang berada di dasar tasku. Setelah ku temukan aku keluar dan bergerak menuju lift hendak turun ke lantai dasar, saat itu aku di lantai lima. Tiga orang kakak tingkat juga terlihat meuju lift. Melihat aku sendirian, seorang kakak tingkat memanggilku untuk bareng dengan mereka. Masih malu, aku menolak kemudian menggunakan lift sebelahnya. Lift bergerak turun 4..3..ding.. pintu terbuka. Aku yang sedang bermain hape menunggu orang masuk, sudah ku tunggu tapi aku tidak merasa ada orang. Aku tengok, memang aku masih sendiri. Aku melihat ke luar kondisinya gelap, agak berantakan, dan tidak ada orang sama sekali. Segera aku tutup pintu lift. Sebentar saja aku telah sampai ke lantai dasar. Yang jadi pertanyaanku.. Kok berhenti di lantai kosong, siapa yang pencet tombol?

                Story 2. Ini dialami aku, ibu, dan adik sepupu aku yang berumur 4 tahun di bis malam saat menuju Jogja.

                Adikku ini emang dari dulu bisa melihat hal "kaya gituan" bahkan tebakan dia tentang sesuatu acap kali terjadi. Sepertinya dia menuruni nenekku yang memiliki bakat serupa.

                Saat itu kami hendak menuju Jogja, adik sepupuku minta ikut. Kami naik bis inisial SJ. Saat masuk bis, adikku yang ceria tiba-tiba jadi diam dan melihat sekeliling bus. Kami berpikir adikku sedang memperhatikan sesuatu yang baru baginya karena dia memang belum pernah naik bis sebelumnya. Adikku masih tidak seceria sebelumnya. Kami duduk bertiga di kursi tiga baris dari belakang. Tidak ada orang lagi di belakang kami kecuali pak sopir yang sedang tidur di balik kursi panjang paling belakang. Begitu pula kursi di depan dan samping kami, kursi kosong. Dimaksudkan agar ketika kami sedikit ribut tida terlalu mengganggu orang di sekitar kami. Tiba saat malam, kami tahu kenapa adikku beritngkah agak aneh. Aku saat itu sedang melihat ke luar kaca sambil memikirkan sesuatu (bukan tentang cinta ala remaja saat ini ya) adikku yang duduk bersamaku dan ibu langsung menangis dengan keras “Aaa itu apaaa *menunjuk senderan kursi di depanku persis*.. Bude gendong.. Bude gendong..”

“Iya ini udah digendong”
“Gendongnya berdiri de.. berdiri.. gendongnya berdiri”
“Kenapa Bu kok nangis?” Bapak sopir yang tidur pun terbangun.“Katanya lihat sesuatu, Pak di situ” Ibuku menjawab.

“Oh iya, Bu. Di sini memang berpenghuni, belum lama juga habis nabrak mobil. Saya tadi pas jalan ke belakang juga diganggu. Pandangan saya digelapin dan digoyang-goyang saya nggak bisa lihat apa-apa jadi harus pegangan.” Kata Pak Sopir intinya seperti itu. “Seperti apa dek yang kamu lihat? Wanita, ya?”

Adikku mengangguk.

Dia masih menangis, setelah agak tenang ibu dan adik duduk di kursi belakangku. Aku tidak beranjak sedikit pun. Aku amati benar-benar senderan kursi itu, mungkin corak kursinya yang aneh atau ada sesuatu di kursi itu. Tetapi aku tida menemukan sedikit keanehan pun. Aku mulai berdoa, pasti ada yang tidak beres, tidak mungkin adikku berbohong setelah dia menangis heboh seperti itu. Lalu aku melanjutkan kegiatanku melihat ke luar, kali ini ditemani lagu yang aku putar dari hapeku. Ya.. aku memang tidak takut sama sekali saat itu. Aku percaya aku tidak akan disakiti atau diganggu makhluk lain karena aku selalu yakin bahwa aku lebih kuat dari mereka, toh aku juga tidak mengganggu.

“Mbak.. mbak di sini aja.” Sekitar 10 menit kemudian adikku meminta aku pindah untuk duduk dengannya. Aku pun menuruti. Teman.. memang berbeda. Saat aku pindah berasa langsung los, di kursi sebelumnya kaya ada sedikit pressure gitu. Alhamdulillah kami sampai di tujuan dengan selamat.

Beberapa hari kemudian kami bertanya kepada adik tentang sosok yang dia lihat. Dia memang tidak mau langsung bercerita kalau sosok itu menyeramkan, butuh waktu sampai dia melupakan ketakutannya. Kalau tidak begitu seram, dia tidak menangis dan langsung bercerita.


-Katanya, dia seorang wanita matanya merah mukanya hitam berwajah jelek berdiri persis di depanku-

0 comments:

Post a Comment