Saturday, July 21, 2018

PENGALAMAN PFK POLTEKIM DUA KALI

Hola!Buenos dias, buenas tardes, buenas noches! Kali ini aku akan membagikan sedikit pengalamanku mengenai tes Pengamatan Fisik dan Keterampilan seperti yang telah aku janjikan.

PFK

       Tes Pengamatan Fisik dan Keterampilan, tes yang berada di urutan terakhir dari rangkaian tes Poltekim dan Poltekip, adalah tes yang membuat perjuanganku menjadi taruni Poltekim kandas dua kali berturut-turut. Di artikel ini, aku akan menceritakan kepada kalian pengalamanku ini termasuk asumsi pribadi apa yang menggagalkanku. (Rangkaian tes-tes lainnya sudah aku jabarkan di sini).

        Secara teknis sebenernya tahun 2016 dan 2017 tidak ada banyak perbedaan. Berikut kegiatan yang dilakukan:

1.       Di halaman
Sebelum tes dimulai, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan berbaris sesuai urutan nomor ujian. Kemudian, secara bergiliran sekitar per sepuluh orang tiap kelompok akan diambil gambarnya dengan memegang kertas yang bertuliskan nomor ujian, peserta yang telah difoto tersebut boleh menuju dalam pendapa. Kertas sudah disediakan.

2.       Di dalam pendapa
Peserta dipersilakan duduk sesuai kelompok. Ketika semua peserta sudah berada di dalam, akan ada arahan dari panitia. Juga, akan ada pembagian kelompok yang terdiri dari dua orang. Para taruna akan memeragakan cara memberi hormat kepada dewan juri. Nantinya itu akan dipraktekkan sebelum dan sesudah tes. Fokus kalian dibutuhkan ya agar bisa cepat hapal, khususnya bagi yang merasa tinggi karena yang jadi komandan penghormatan adalah yang paling tinggi di antara partnermu.

Menunggu waktu dipanggil memang bikin deg-degan. Persiapkan dirimu sebaik-baiknya agar saat masa-masa menunggu ini tidak terlalu menjadi pikiran. Karena tidak diperkenankan mengoperasikan perangkat ponsel, pergunakan waktu kalian untuk menenangkan diri saja atau bercengkerama dengan suara pelan dengan sebelahmu. Para taruna biasanya juga akan mengajak ngobrol ringan.

3.       Dipanggil tes
Saat dipanggil, bukan berarti langsung berhadapan dengan juri, kok (kecuali yang dipanggil paling awal tentu saja). Saat itu, aku masih menunggu di tangga (tes diadakan di lantai dua pendapa  Kantor BPSDM Kemenkumham) bersama dengan beberapa orang lainnya. Kami bermain musik, bercengkerama, dan para taruna juga mengajak ngobrol ringan dengan beberapa peserta.

4.       Tes
Bagian yang ditunggu-tunggu!
Saat aku dipanggil menuju meja juri, aku dan partnerku pun langsung bersiap untuk salam penghormatan. Aku pernah menjadi komandan salam penghormatan, namun tahun setelahnya aku dikomandoi oleh Irfan Maulana, partnerku. Kini dia sudah menjadi taruna ganteng sepertinya, haha.

Hai, Irfan. Masih ingat aku tidak? Aku bertanya padamu posisi kaki saat jalan di tempat dan aku mengajarimu bahasa Inggris. Sejujurnya aku ingin melihat lukisanmu.
Hai partner PFK 2016 dari ITS! Tidak sengaja ya kita bertemu lagi tahun 2017 di tempat wudhu masjid di Mako Brimob! Kalau kamu baca, jangan lupa komen, ya! Kamu juga Irfan. Hehe.

Maaf ya, aku sisipi pesan dulu untuk teman-teman seperjuanganku :")

Oke.. sampai mana kita tadi

          Sehabis salam penghormatan, biasanya juri akan memanggil kita untuk mendekat dan dikasih pertanyaan seputar bakat yang akan kita tampilkan. Tetapi, tidak sebatas itu saja, teman-teman. Semua pertanyaan itu terserah juri, bisa beragam juga. Selama tes, kira-kira begini yang beliau-beliau ucapkan kepadaku:
-Kenapa pengen masuk AIM
- Seberapa pengen masuk AIM?
- Nanti di AIM bakal begini-begini lho, siap?
- Identitas: asal, dll
-Kamu kelihatannya cengeng, ya?
-Oh, berarti orang Jawa, ya? Coba kamu....
-Sudah kuliah di mana?
-Loh, kenapa mau susah-susah tes AIM kalau sudah di situ? Mending kamu lulus aja dari situ terus daftar di Kemenkumham .....
-Bisa apa?
-Mau nampilin apa?
- Kamu kayanya kekurusan, ya.
-minta aku begini begitu tanya ini tanya itu...

          Karena aku mengatakan berbahasa Spanyol, juri menyuruhku menceritakan sesuatu dengan bahasa itu, begitu pula dengan bahasa Inggris. Tahun 2017 malah menyuruhku berbahasa Jawa halus. Setelah itu, aku dan partnerku bertukar juri karena ada dua juri sekali tes. Bersama juri satunya, aku diminta menunjukkan kemampuan baris-berbarisku.

      WHAT I DID

PFK 2016

         Tingkat percaya diriku masih sangat minim dan aku tidak menunjukkan sikap tegas dan tegap seorang calon taruni. Raut mukaku pasti terlihat sangat gugup ditambah aku tidak yakin apakah aku harus tersenyum atau tidak, yang berakhir dengan senyum setengah-setengah. Juri pun berkomentar “Kamu kelihatannya cengeng, ya?” . Fisikku juga jadi perhatian juri. Aku memiliki berat 47 dan tinggi 160 saat itu. Juri pun bilang “kamu kayanya kekurusan ya.”

         Aku sangat-sangat gugup. Buktinya, saat memasuki meja juri, aku diantar oleh seorang taruna yang sebelumnya kami juga sempat mengobrol ringan bahkan ketawa-tawa. Di perjalanan kami ke meja juri, dia berkata sambil menunjukkan nametagnya kepadaku, “Dek, kalau keterima ingat nama kakak ya. Nanti kalau kamu keterima jangan lupa cari kakak dan ajari bahasa Spanyol” aku sekilas membaca namanya. Tetapi, saat aku sudah selesai tes, di perjalanan pulang aku benar-benar lupa nama kakak tadi, bahkan wajahnya pun aku tak ingat :”) Bisa dibayangkan betapa gugupnya aku saat itu, mengingat nama dan wajah taruna ganteng pun nggak bisa. Apalagi saat mengikuti tes... wassalam.

         Akibat dari gugup juga berdampak pada banyak hal, terutama dalam kemampuan berbahasaku. Tahu kan kalau kita gugup lalu kita nggak bisa berkata-kata? Aku tidak berhasil menyampaikan yang telah aku persiapkan alias nge-blank. Yang harusnya aku sampaikan nyangkut di otak atau bahkan  otakku pun menolak untuk berpikir. “Heheh  yasudah pakai bahasa Inggris saja” kata juri saat aku PLEGAK PLEGUK NYERITAIN KEGIATAN DARI PAGI SAMPE JAM 10 PAGI PAKE BAHASA SPANYOL. Pas pakai bahasa Inggris aku yakin kedengeran banget MASIH PLEGAK PLEGUKNYA. “Loh, kamu nggak solat?” Lah si eneng malah baru keinget belum solat subuh padahal udah mau dzuhur. “Oh iya, solat pak, tadi lupa bilang”. Mampus saya.

         Cara menjawab pertanyaan juri pun engga banget deh. Masih karena gugup, pikiranku tidak bisa konsentrasi dan aku pun jadi sedikit “tuli”. Otakku lebih memilih untuk memikirkan hal lain. Aku pun beberapa kali meminta juri mengulangi pertanyaannya. “Hah.. maaf pak” “Bagaimana pak?” “Um...” Ada juga yang terjadi setelah salam penghormatan. Meski tidak pasti dilakukan, semua tergantung juri mau ada salam penghormatan sebelum atau sesudah tes. Sesudah tes saat aku hendak melakukan salam penghormatan, juri bilang tidak usah, tidka apa-apa langsung balik saja.” “tidak usah pak? *udah sikap siap*“iya tidak usah, kan saya jurinya.” Ohiya juga ya.

         PBB waktu itu sungguh bukan merupakan penampilan terbaikku. Di SMA, aku adalah anggota pleton inti, latihan baris-berbaris satu tahun, dan sudah mengikuti beberapa lomba di daerahku. Semua kemampuanku sirna begitu saja di depan juri. Tidak ada ketegasan, aku yakin aku tidak bisa set set alias plenyak-plenyik. Aku sempat salah, kalau tidak salah ingat, waktu itu aku bilang “BALIK KIRIIIIII GRAAAAAK” Iya, bilang gitu aku. Bego, kan? Saat aku bilang “Koreksi”, juri dengan sedikit tertawa menghentikanku dan bilang, “balik kiri itu nggak ada”. Duh malunya aku. Sudah sudah.. peluangku keterima hanya tersisa lima persen saja. Lima persen itu pun adalah belas kasihan dari juri yang aku harapkan.

PFK 2017

         Sebenarnya, PFK kali ini aku lebih mantap karena aku lebih well-prepared secara mental. Haha. Tetapi, ada beberapa faktor yang sangat mungkin bikin aku nggak lolos. Pertama, yang daftar pada bertalenta. Untungnya saat pendaftaran nggak ada persyaratan: makhluk talentless dilarang daftar. Aku yang hanya memiliki bakat masak mi rebus pake telor bisa apa. Harusnya, seleksi kaya gini malah justru untuk manusia sepertiku. Kenapa? Biar bisa dididik jadi punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Orang-orang bertalenta seperti mereka lebih mudah mendapatkan yang mereka mau karena punya bakat yang bisa dikembangin dengan cara berlatih maupun les lagi. Y G? Hehe becanda, tapi kalo mau diseriusin juga bole. Whoop whoop.

          Kedua, AKU NGGAK BISA BAHASA JAWA HALUS. “Kamu berarti orang Jawa ya?” “Iya pak” Coba ceritakan Jogja pakai bahasa Jawa. Misalnya kamu promosi Jogja gitu.” “Oke. Jogja inggih menika... Jogja inggih menika propinsi ing Indonesia. Um.. pante-pante wonten Jogja inggih menika..” (Terjemahan: Jogja yaitu.. Jogja yaitu provinsi di Indonesia. Um.. pantai-pantai yang ada di Jogja yaitu..) Lagi-lagi aku plegak-pleguk andai kalian menyaksikan aslinya lebih plegak-pleguk. Sampai di mana aku bilang “emm.....” karena nggak tahu bahasa Jawa halusnya apa lalu diberhentikan dengan sedikit tertawa oleh jurinya. Mungkin sebenarnya beliau menyembunyikan rasa miris dengan senyuman. Orang Jawa bilang wong Jowo ilang jawane. Apalagi saat disuruh ganti bahasa aku bisa dengan lancar. Duh.. Positifnya, sejak saat itu aku bertekad belajar bahasa Jawa krama alus.Bukan.. bukan berarti bisa bahasa bahasa Jawa atau yang lain. Cuma, aku kan menampilkan keterampilan berbahasa asing, pasti juri penasaran dengan kemampuanku pada bahasa daerah. 

         PBB pun aku lebih yakin dan melakukan gerakan yang lebih bervariasi. Ya.. meski mungkin masih kurang mantep ya karena aku dengan sangat tidak pintarnya malah tidak fokus latihan PBB lagi. Apalagi partnerku anak Paskib, down langsung nilaiku di depan juri. Haha. Buat catatan, aku nggak lagi balik kiri.

         Sayangnya, aku melalukan kesalahan yang sama. Aku tidak menyertakan sertifikat. Ya karena tidak punya sertifikat kecuali sertifikat TOEFL. Aku belum pernah mengambil tes kecakapan bahasa Spanyol. Sertifikatku satu-satunya pun tidak aku sertakan padahal tahun sebelumnya juri bilang sertifikat apapun bawa saja.

ORANG DALAM

         Kebetulan, ibuku memiliki rekan yang kenal dengan “orang dalam” Kemenkumham. Oleh rekan ibuku disampaikan keikutsertaanku pada tes itu. Buktinya sampai aku ditanyai dua orang taruna, pada waktu yang berbeda, apakah aku kenal dengan bapak X. Ibuku dan aku tidak pernah tahu kalau rekan ibuku itu memiliki koneksi dengan “orang dalam” si bapak X. Selain itu, ibuku juga sudah menolak jika dengan cara yang tidak jujur. Namun, teman ibu tetep keukeuh.Ternyata, memang alhamdulillah aku tidak diterima. Menjadi bukti bahwa kenal “orang dalam” bukan menjadi jaminan.

Funny Story

        Ini nggak ada lucu-lucunya sih sebenernya justru malah mendebarkan. Di postinganku tentang pengalaman tes, aku sempat menuliskan kalau lebih baik jangan main gitar, betul? Hal ini di didasari oleh banyaknya catar yang main gitar tahun 2016 dengan lagu yang tenar saat itu Love Yourself-nya Justin Bieber. Makanya aku bilang main gitar itu mainstream. Daaaaaaannnnn...... TAHUN 2017 AKU NGGAK LIAT YANG MAIN GITAR KECUALI SEBIJI DUA BIJI. Sempat aku kira saat aku dicari taruna akan dimintai keterangan soal postinganku yang ternyata ditanyai hubunganku dengan bapak X.
Catatan dariku

  • Kalian harus tahu apa yang akan kalian tampilkan, know what you’re good at, dan kamu tahu apa yang kalian lakukan. Jangan sampai H-berapa hari masih bingung bakatnya apa. Because... it won’t work...
  • Jangan terlalu gugup sampai membuyarkan pikiran kalian. Aku gugup karena selain kali pertama aku tes, aku tahu aku kurang persiapan. Persiapkan diri kalian matang-matang agar lebih percaya diri.
  • Sertifikat atau piala memang tidak mutlak, bahkan kalian bisa menunjukkan prestasi kalian melalui foto. Tetapi, bukti penunjang seperti itu sangat membantu menambah bonus nilai. Misal, kalian yang “hanya” bisa bermain basket tanpa sertifikat, tentu akan kalah dengan yang sudah menang kemana-mana.
  • BE CREATIVE. Misal, kalian tidak mempunyai apapun untuk ditunjukkan dan hanyabisa bermain gitar, kalian bisa berinovasi. Misalnya, membuat lagu untuk Poltekim yang diiringi alunan gitar bisa menjadi ide. Ini pernah dilakukan temanku dan berhasil.
  • Latihan PBB kalau perlu minta bantuan teman kalian yang bisa baris-berbaris untuk mengecek dan mengoreksi gerakan kalian.
  • Berlatih sikap tegap, melihat wajah kalian seperti jika di depan juri, belajar cara menjawab pertanyaan juri, cara berjalan, dan mempersiapkan apa yang akan kalian tunjukkan di depan juri akan membantu kalian lebih siap dan percaya diri. Jangan sampai, kalian tidak bisa melakukan apa yang juri perintahkan padahal masih seputar keterampilan kalian karena belum menguasai.
  • Yang diujikan oleh masing-masing juri bisa jadi tidak sama antara satu catar dengan lainnya. Jadi, jangan terpengaruh si A bilang apa si B bilang apa.
  • Berdoa. Siapa tahu juri salah menulis nilai yang seharusnya 68 menjadi 88. Hehe. Engga.



Mungkin itu dulu. Nanti kalau ada yang mau aku ubah/tambahi akan aku edit dengan tulisan EDITED di pojok kiri atas. Kalau tidak ada, berarti aku tidak ada ide lagi. Yang mau bertanya dan memberi tanggapan atau gagasan apa yang sebaiknya aku tambahkan bisa komen di bawah. Kalian bisa mengambil kesimpulan sendiri dari ceritaku di atas. Semoga kalian semua mendapat hasil yang memuaskan, ya. Amin.

60 comments:

  1. ada nggak pertanyaan seputar UUD dan PAncasila. Oh ya tentang poltekim ada juga gak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau saya sih belum pernah dapet dek. Kalau ttg poltekim cuma sebatas kaya yg aku tulis aja sih. Engga ditanya piltekim itu apa blablabla.

      Delete
  2. MaasyaaAllah, syukron2 kak..
    Semoga sukses

    ReplyDelete
  3. kalau ada bekas jerawat ada minus nya gak sih kak?

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. kalo misalkan test keterampilannya nampilin nari itu kita harus pake/dandanan seperti ingin nari/pake baju test biasa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau yg aku lihat sih bukan yang dandannya, tapi bawa perlengkapan yang kira2 penting. Kalau nari piring ya bawa propertinya. kalau cuma butuh selendang ya bawa selendangnya.

      Delete
  6. Kak point yang diliat dari kesehatan apa ya kak??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kesehatan kita ngga ada kontrol kecuali membuat badan sehat.

      Delete
  7. Untuk tes kesehatan ada tes gigi ga kak?

    ReplyDelete
  8. Kak mau nanya, kakak tau gak yg masuk poltekim ada yg pake duit kak? Aku mau ikut tp takut smaa gituan pasti kesingkir:"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo dek. Selama yang saya tau dari teman2 yang berhasil diterima, mereka memang sangat berbakat dan layak untuk menjadi taruna/i yang berhasil ditunjukkan waktu PFK. Banyak juga yang diterima setelah mencoba berkali2. Saya pun memiliki kenalan di sana, tapi tidak berpengaruh apa2 buat sy.

      Delete
  9. Kak untuk gigi apakah harus rapi kak?

    ReplyDelete
  10. Kak poltekip dan poltekim itu kampusnya jadi satu atau di beda bedain?

    ReplyDelete
  11. Kak tes nya hanya di depok ya?

    ReplyDelete
  12. Kak kalauu punya bekas luka di kaki bisa gk ka

    ReplyDelete
  13. tahun ini tes lagi gak bro ?

    ReplyDelete
  14. Kalau boleh tau,pelaksanaan tes skd di daerah masing² apa di jakarta

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf ya telat, semua di jakarta. tp krn covid jd di daerah masing2.

      Delete
  15. Kira kira berapa menit ka pas nunjukin bakat?

    ReplyDelete
  16. Kl nunjukin bakat gitar itu nanti lagu sesuai kita mau apa, atau dari juri yang request kak? N knp dituliskan di atas saranin jngn main gitar wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu sih aku kurang tahu, ya. per juri bisa beda, tapi ada beberapa yang dipersilakan juri buat nampilin mau nyanyi apa. itu karena 2016 banyak banget yang main gitar dek. eh kebetulan setelah aku nulis, tes tahun berikutnya sedikiitt bgt yang main gitar :"

      Delete
  17. kalau misal gigi berlubang, tapi sudah ditambal gimana kakk ?? sama kalo sertifikat ketika masih smp bisa dibawa ga ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. gigiku jg ditambal dan dapat A kok. sertifikatnya kalau bisa sih kayanya yang baru2 ya.. tapi ya coba saja yang penting skill kamu juga bagus.

      Delete
  18. Sertifikatnya harus sertifikat kejuaraan kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya kalau bisa kejuaraan. atau apapun yg menunjukkan kejuaraan. bisa foto bukti km juara dll.

      Delete
  19. Kak mau nanya pas pengamatan fisik apakah gigi juga diliat(wpfk)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kesehatan gigi dilihat saat tes kesehatan. PFK melihat kesiapan kamu, bakat, dll.

      Delete
  20. Kalau pake behel pada saat wpfk apakah boleh kak

    ReplyDelete
  21. Kak mau nanya pas pengamatan fisik apakah gigi juga diliat(wpfk)

    ReplyDelete
  22. Kak gimana kalo kita gak ada keterampilan???

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa masak? bisa gitar? bisa piano? bisa gambar? atau apa aja gitu?

      Delete
  23. Kak kalo nggak tau apa bakatnya, terus punya sertifikat pbb brarti harus nunjukin pbbnya aja kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya pbb bakal tetep disuruh nunjukkin, dek. Kalo misal bisa nari, ya tetep disuruh pbb.

      Delete
  24. Terimakasih banyak ya kak atas blog pengalaman kakak,semoga kakak selalu sehat terus dan sukses ya

    ReplyDelete
  25. Kak terimakasih banyak ya kak banyak info yang aku dapat dari sini. Semoga kakak sehat terus dan tetap semangat ya

    ReplyDelete
  26. Kak terimakasih banyak ya kak banyak info yang aku dapat dari sini. Semoga kakak sehat terus dan tetap semangat ya

    ReplyDelete
  27. Di tes kesehatan buat calon taruni ada tes keperawanan nya kak?

    ReplyDelete
  28. ''sertifikat yang ditunjukkin apa aja'' ..lalu saya punya beberapa sertifikat beladiri (karate & taekdwondo) tapi thun 2015 sm 2017 ,,itu gpp?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngga apa-apa, apapun yang kamu punya bawa aja..

      Delete
    2. kalau hanya ada sertifikat sebagai peserta namun saat SMP,boleh kak?

      Delete
  29. Kak kalo giginya ada yang dicabut ngaruh ga kak sama penilaiannya?

    ReplyDelete
  30. kak ada tes kesehatan kulit ga? kalo ada, tesnya seluruh badan atau dibagiankan tertentu doang?

    ReplyDelete
  31. Kak kalo tes kesehatan kulit ada ga? kalo ada, seluruh badan atau bagian tertentu doang?

    ReplyDelete
  32. Kak mau tanya, kalo bakat saya masak terus bagaimana saya menampilkannya? Terimakasih

    ReplyDelete
  33. Kak kalau kita nguasain bahasa asing kyk prancis sama korea, tpi gapunya tes toefl dan gapernah ikut tes \ kursus bahasa... Itu menjamin ga kak ?

    ReplyDelete